Sunday, December 08, 2013

Mata, pikiran dan jari jemari ini sepakat merusuh


Thursday, December 05, 2013

tokos buku dan genre

"karena berbeda, orang bisa menikah dan menjadi suami istri. Jika keduanya sama persis, salah satunya tidak diperlukan. Tak guna."

Begitu tweet dari mbak Alissa Wahid. Meresapinya, saya seolah terlempar pada ingatan ingatan tentang kami berdua.

Pernah suatu saat ada yang berkomentar tentang kami, tentang kesukaan kami pada hal yang sama, buku. Ya, dari sekian teman pria saya, hanya dia yang bersedia dan berbahagia bahkan menikmati berburu buku di toko atau pameran buku. Tak aneh jika lantas saya begitu sumringah saat tiba waktu kami berkencan ke toko buku. Menurut beberapa orang, hal ini pasti aneh, tapi saya pun percaya, banyak pasangan seperti kami, jalan jalan ke toko buku . Toko buku yang menyediakan satu buku (sampel) yang tidak dibungkus plastik dan bisa dibaca-baca, atau toko buku yang memberi diskon aduhai. Pameran buku murah? tentu tidak akan kami lewatkan, tempat itu adalah surga harta karun, makanlah dengan kenyang sebelum menyambangi tempat itu, karena kau tak pernah tahu seberapa banyak tumpukan buku yang harus kau bongkar, itu akan butuh banyak energi.

Nah, kembali ke komentar orang tadi, memang kami sama sama suka beli buku, tapi buku yang kami tuju tidak selalu sama. Dan sekarang saya menyadari, buku yang dia gilai, genrenya mengerikan untuk saya. Berat. Hahaha.

See, sekalipun kesukaan kami adalah sama-sama beli buku, sama-sama senang menjelajahi toko buku, namun buku yang kami suka tidak sama persis. Kadang saya betah berlama-lama di area novel populer, dan dia di rak buku sastra yang saya tidak tahu siapa penulisnya. Setahu saya sastra adalah Sapardi Djoko Damono, Pramodya, dan Goenawan Mohamad. hehehe. Kami sama-sama suka buku puisi, tapi ya itu tadi dia lebih suka puisi religi, saya puisi yang cinta-cintaan. heuheuheu.

Kesukaan kami hampir sama, tapi tidak persis.
Beberapa hari yang lalu, ajakan kencan itu datang. Tour the tokos buku, katanya. Saya sudah siap tempur dan membayangkan tiga gramedia, satu gunung agung, satu merbabu, satu togamas dan satu pandora akan kami jelajahi.

Namun pagi harinya, sebangun tidur saya menyadari jam menunjukkan pukul delapan. Bedandaban-lah saya. Pasalnya, kami janjian pukul sembilan. Dengan tingkat kelambanan saya yang cukup tinggi, satu jam tidak akan cukup untuk mandi, ganti baju, dan tiba di tempat janjian dengat tepat waktu. Buru-buru.

Singkatnya, janjian molor sampai 10.30.

Tujuan pertama kami adalah togamas. Ah iya, apa yang sebenarnya kami cari, Amelia. Novel karya Tere Liye, salah satu buku dari serial anak-mamak. Jangan tanya serial itu judulnya apa saja. Saya lupaaa. Hehehe. Dari sekian judul buku karya Tere Liye yang saya pinjam dari Mas, hanya satu buku yang sudah selesai saya baca, Bidadari Bidadari Surga. Sudah, yang lain baru bab satu dan tidak diteruskan. Aigoo, buku yang belum saya baca banyak sekali, tapi tetap beli lagi. Ah ya, itu juga kesamaan kami, suka beli buku, bacanya nanti nanti.

Kembali ke togamas, begitu masuk kami langsung menemukan Amelia. Yah, tapi tidak serta-merta kami langsung ambil dan bayar, kami lihat-lihat dulu semua buku. Ehm..dan ah saya jadi ingat Seri Bilangan Fu, Ayu Utami. Buku yang bulan kemarin ingin saya beli, Lalita. Di deretan buku Ayu saya nemu buku tentang Scorpio. Kami berdua Scorpio. Saya baca sinopsisnya di cover belakang. Menarik. Tapi harganya duh, padahal bukunya kecil. Kemudian kami mencari buku pesanan seorang teman, tentang mendidik anak. Buku islami. Wkwkwk. Itu pesanan lho yaa.

Kami menjelajah hingga sudut-sudut. Seperti yang sudah saya tulis di awal, kesukaan buku antara kami berdua tidak sama persis, ada yang sama memang, tapi hanya beberapa nama. Kami berpisah, dia ngendon di rak buku agama, saya keliling di rak buku resep masakan. Dia masih ngendon di rak buku agama, saya sudah pindah jongkok di depan rak buku keterampilan. hohoho. Ssssttt...saya buka bungkus plastiknya dan membaca dengan teliti, supaya ingat dan bisa dibikin di rumah. Dia pindah ke bagian depan toko buku, entah ke mana, saya masih membaca buku kerajinan tangan itu, sampai dia kembali lagi dan mengajak saya pergi.

Kelar keliling togamas, kami berniat mencari buku pesanan (yang tadi) itu di gramedia. Maka, kami ambil buku yang kami incar tadi dan bayar. Sekalian disampul. Gratis. Hohoho. Mayan.

Gramedia Pandanaran. Sampai di toko ini saya sungguh tidak berniat membeli buku. Nggak ada diskon euy. Buku pesanan itu juga tak ada. Btw, bukan karena buku itu best seller ya, tapi sepertinya buku itu tidak populer di toko buku. Hehehe. Karena, jika stok habis pun, data tentang buku tetap ada di komputer dengan keterangan stok= 0. Well, buku yang seperti itu lebih baik dicari di internet, pasti banyak yang jual. Nah di gramedia ini, Mas tergoda buku kumpulan cerita Kompas. Belilah dia. Hahaha. Saya anteng ndak tergoda. Wkwkwk.

Kelar dari gramedia, rupanya kelar juga tour kami. Apah?? Cuma dua toko buku?? Sedikit kecewa, tapi juga lega. Terbayang godaan begitu kuat jika semua toko buku itu kami sambangi. Hehe.

Kegiatan kami berdua berikutnya adalah bercerita. Mas memperlihatkan foto anggrek-anggrek Meru Betiri. Dan saya ngecuwis tentang semua hal. Ya, semua hal. Dari gosip artis, sampai drama Jepang.

It's fun. I love it. I love him.