Monday, March 16, 2015

Amigdala dan cinta-cintaan



Sudah pernah nonton drama Jepang Mr. Brain? Aktor utamanya adalah Takuya Kimura, delapan episode dan apiiiik. Hahaha. Saya nonton berulang kali. Dan ini salah satu drama yang aman dari serangan hardisk rusak.

Pada episode ke-3 menceritakan seorang lelaki yang mencoba membunuh tunangannya, dengan cara didorong dari atas tangga. Si Mbak tidak meninggal, namun menjadi amnesia. Akhir cerita Mr.Brain membuktikan bahwa Mas itulah yang berusaha membunuh tunangannya. Dan si Mas mengaku, tapi dia seolah tidak mau disalahkan, tidak menyesal karena yah ceritanya agak complicated. Lalu, Mr.Brain menunjukkan foto rontgen otak si Mbak. Dia menceritakan bahwa dari hasil rontgen itu, amigdala si Mbak aktif saat ditunjukkan foto si Mas. Hal itu adalah respon otak yang luar biasa ketika kita melihat orang yang kita cintai, bahkan ketika kita tidak sadar bahwa kita mencintainya. *ceileh* Jadi, otak sudah lebih dulu bereaksi tanpa kita sadari. Tsah... Bingung? Gini, maksudnya, si Mbak kan amnesia, dia bahkan tidak ingat dengan tunangannya, tapi ketika ditunjukkan foto si Mas, amigdalanya bereaksi. Bagian otak yang beraksi ketika ada perasaan cinta. Ah...siapa bilang otak itu cuma bisa logis ya. Yah...lalu si Mas menyesal deh. Kapokmu kapan.

Yatapi ini drama...benar atau tidaknya informasi tsb, saya belum cari tahu lagi. Hehehe.

Pesan moral: kenakanlah helm ketika mengendarai motor. Otak yang ada di dalam tempurung kepalamu itu luar biasa. Dia bisa menyimpan banyak data dan informasi melebih hardisk eksternal satu tera. Hardisk eksternal satu tera harganya bisa jutaan, otakmu lebih berharga dari itu, sekalipun baru kau manfaatkan 2% nya saja (konon). Sudah pakai helm pun mengendarai kendaraan ya yang sopan.

Utamakan keselamatan sebagai kebutuhan.

*kok jadi iklan layanan masyarakat ya* :)
*tulisan ini tadinya mau diunggah ke facebook, tapi ndak jadi, panjang euy*

Monday, March 09, 2015

Mas Buku dan Rindu

Selamat pagi hari senin. Mari bercerita.

Kemarin sore, seorang teman berkunjung, dia ingin melihat dan membawa salah satu buku yang saya jual. Lalu saya bilang padanya bahwa saya memang menjual buku-buku. Ada banyak buku sastra dan buku lawas. Semua buku itu bukan milik saya, saya hanya bertugas menawarkan, menjual, mengatur transaksi dan mengirimkannya melalui pos indonesia atau melalui jasa pengiriman lainnya. Setelah saya keluarkan semua buku itu, dia tertarik dengan buku kumpulan cerpen kompas. Akhirnya justru buku yang dia beli, buku yang sebelumnya dia tawar, dia minta saya untuk menyimpannya.

Dia masih terus melihat membolak-balik satu per satu buku-buku itu. Saya senang melihatnya. Entahlah, seperti merasakan bagaimana perasaannya, karena saya tahu bagaimana rasanya senang melihat banyak buku. Apalagi jika buku-buku itu adalah buku yang belum pernah saya tahu, dan terlebih lagi adalah buku-buku yang menarik.

Dia menyayangkan kenapa tidak ke rumah kemarin-kemarin, jadi dia bisa melihat lebih lama buku-buku itu. hehehe. Dia juga kadang berkeinginan berjualan buku, hanya saja batinnya tak kuasa untuk memiliki sendiri. hehehe. Saya juga kok. Ah buku itu milik Mas. Kami, saya dan Mas selalu beli buku dua eksemplar, jika buku itu menarik. Satu kami jual, satu lagi kami koleksi. Jika buku itu langka, tidak akan kami jual. Tapi tidak semua buku kami perlakukan demikian. Ada banyak juga yang kelar kami baca, akan kami jual.

Lalu teman bertanya, Mas yang saya maksud ini siapa? Pacar? Yaa, bisa dianggap demikian, saya lebih senang menyebutnya kekasih. Halah. Dan teman saya berseru, "asik betul punya pacar yang sama-sama senang membaca buku."

Hahaha. Iya. Ini sebetulnya yang ingin saya ceritakan. Pagi ini saya mensyukurinya lagi. Besok tepat sebulan kami tidak bertemu. Ini waktu terlama kami tidak bertemu. Mas memang sering ke luar kota, karena pekerjaannya. Kadang hanya tiga hari, satu minggu, dua minggu.

Saya katakan pada teman saya, bahwa Mas gila bukunya kadang tidak bisa saya imbangi. Jika kami pergi ke toko buku, maka kami akan asik dengan diri kami sendiri. Buku yang dia sukai selalu menarik minat saya. Buku yang saya suka, belum tentu dia suka. Tapi, ya, ada beberapa buku kesukaan dia yang belum bisa saya cerna dengan baik. Buku tulisan Pramoedya AT. Kata Mas, membaca buku Pram harus dimuali dari membaca cerpennya. Bukunya banyak.

Lalu teman saya bertanya, "Mas mu cah sastra mesti." hahaha. Bukan. Cah Biologi juga kok. Dan dia orang baik. Baik sampai kadang saya minder. hahaha. Iya. Dia, selama yang saya kenal, jarang berprasangka. Dia lebih sering diam atau bercanda jika saya sudah mulai bersungut-sungut mengeluhkan polah orang lain. Rupanya teman saya pun juga demikian, memiliki calon suami yang baik. Dan katanya, dia jadi mengenal dirinya dan berdoa bisa saling melengkapi. aamiin.

Setelah lebaran tahun ini mereka menikah. Aamiin.

Banyak doa baik mengalir kemarin. :)

Dan pagi ini saya merindu.

"Rindu bukan tentang berapa lama kita tak berjumpa. Rindu adalah sesering kita mengingat manis cerita. Rindu adalah seberapa banyak kita baik-baik berdoa."


Saturday, March 07, 2015

Lupa kok sombong

"Dek, kenapa kamu selalu menyebut namaku dalam statusmu? Kan wagu. Dan kenapa kamu senang sekali menuliskan segala hal yang kita bicarakan." seperti biasa, itu Mbak Dian yang bertanya.

Karena Mbak, jika aku menyebutmu menggunakan kata ganti 'dia', nanti orang akan menyangka njenengan adalah kekasihku. Kan wagu. Aku hanya mengarsipkan, Mbak. Aku ini pelupa, meskipun aku tidak pernah bermaksud untuk bangga bahwa aku sering lupa.


Lah malah sekarang saya tulis di blog ya. hehehe. Sssttt....

Kadang kita tidak sadar kalau sering sombong. Menyombongkan kebiasaan lupa, bangga. Saya pun secara tidak sadar menunjukkan perilaku yang demikian. Berulang kali lupa, tapi tidak mau mencatat atau berusaha untuk evaluasi diri, piye carane ben gak lalinan. Mencatat sih sudah saya lakukan. Kebetulan akhir tahun 2014 saya beli ponsel pintar, yang di dalamnya berisi aplikasi untuk mencatat to-do-list. Tapi jeleknya adalah, apa yang luput dituliskan, ya luput untuk dikerjakan. :) Keterlaluan. Iya memang keterlaluan.

Lalu bagaimana?

Ya, teruslah berusaha, untuk mengingat. Janganlah kamu sadar betul kamu pelupa, tapi lantas menjadi permisif pada dirimu sendiri. Kan lali. *plak*

Kalau menjadi pelupa lalu kamu bangga, secara tidak langsung kamu menyepelekan kekuasaan Tuhan. Lho kok bisa?! Iya, karena kamu sudah diberi otak yang ciamik daya serap informasinya kok malah tidak dimanfaatkan sebaik mungkin.

Beraaaat, jika sudah disangkutkan dengan Tuhan ya. hehehe. 

Tapi ya harus gitu. Jika teguran dari orang tua, atasan dan teman-teman sudah tidak mempan. Ya tho.

Iyain ajaaa.... :)

Selamat akhir pekan. 

*peluk leptop sudah sehat*