hari ini si kekasih berangkat ke gunung prau buat survey. mungkin nanti akhir tahun GC (green community) bakal pendadaran angkatan baru di sana. huhu. gak ada sinyal kayaknya. hehe. gapapa, yang penting dia dalam keadaan baik-baik saja ya. soalnya di Ungaran hujan, takutnya di sana juga ujan deres.
nah malam minggu cuma maen game sama onlen. biasanya smsan sama si kekasih. :D
Saturday, December 24, 2011
Sunday, December 04, 2011
setan
Jangan mengkambinghitamkan
setan
Memang sudah tugasnya menggoda
manusia, menjerumuskan
Ia dulunya tinggal di surga
Tapi kesombongannya membuatnya
terlempar ke neraka, kelak di hari kiamat
Dan ia bersumpah membawa anak
adam turut serta ke neraka.
Jangan salahkan setan
Yang membujuki rayu dengan
kenikmatan sesat
Melemparmu ke neraka, kelak
Sekali, sebut itu khilaf,
termaafkan..mungkin.
Salahkan dirimu sendiri
Kebodohanmu terbujuk rayunya
Untuk kali kedua, ketiga,
keempat..
Kau tahu itu godaan setan
Kau sadar betul setan
menyenang-nyenangkanmu dengan gemerlap dunia
Dan kau menyambutnya dengan
suka cita
Godaan neraka itu.
Kubilang! Jangan terus-terusan
menyalahkan setan atas pilihan yang sadar betul kau ambil untuk mengikutinya.
atmosfer neraka
Bau neraka menyengat, meski dari jarak ribuan kilometer, itu bagi calon
penghuninya. Baiklah, itu bahasan yang terlalu tinggi untuk saya. Saya akan
membicarakan atmosfer neraka di bumi, versi saya.
Atmosfer neraka, salah satunya adalah rumah yang sedang dilanda ketegangan
tingkat tinggi. Ketika kondisi rumah sedang tidak kondusif. Yaitu ketika ibu
murka. Can you imagine? Ibu yang mengurus rumah tangga, segala keperluan
anggota rumah tangga. Ibu yang di telapak kakinya adalah surga.
Ridho tuhan berasal dari ridho ibu, ridho orang tua. Bahkan nabi
menyebutnya tiga kali, ibu, ibu, ibu kemudian bapak, ketika ditanya siapa orang
tua yang pertama kali dihormati.
Ketika ibu merasa diabaikan, dilupakan, tidak dihargai, dan disakiti, maka
saat itu murka tuhan perlahan akan turun. Dan ketika itulah suasana rumah
beratmosfer neraka.
Namun, ibu takkan melupakan kewajibannya, mengurus rumah tangga, menjadi
ibu dan istri yang luarbiasa, tapi tetap saja pedih dan kecewanya membuat
suasana hujan seperti menyesakkan. Dan
sakit kepala melanda. Ibu, mungkin tidak akan membanting pintu, memecahkan
gelas, dan melempar piring ketika marah, hanya diam. Tapi diam itu seperti
menusuk nusuk seluruh sudut rumah. Atmosfer neraka merebak.
Ibu dengan semua kelembutannya, kesabarannya, dan dalam diamnya.
Ketika ibu merasa tak marah dan kecewa, semua itu masih melekat hanya saja
sekali lagi saya bilang, atmosfer neraka merebak.
*sigh* bahkan kopi dan teh, tidak mampu meredam sakit kepala ini, tak mampu
setidaknya mengurangi efek atmosfer neraka ini.
Saya nulis apa sich ini.huwaaaahhhh....
Subscribe to:
Posts (Atom)