Wednesday, June 15, 2011

aku mencarimu

Aku mencarimu.

Selalu suka kalimat itu keluar dari mulutmu. Atau dari mulut temanku yang menceritakan bahwa kau mencariku.

Yang paling berkesan adalah ketika acara penanaman mangrove itu, “Dani mana?”

Ahahaha...takkan habis senyumku mengingat itu. Sudah lama ternyata aku mulai suka denganmu yaa.

Sesungguhnya aku sudah muak dengan “let it flow” diantara kita.
Aku menyerah dengan “let it my own way” untuk mengejarmu.
Dan aku berpasrah pada apapun yang Tuhan kehendaki.

Tapi doaku mulai kini adalah, semoga kau tau perasaanku.

Hahahaha...biarpun terkadang aku jenuh meraba perasaanmu, meskipun terkadang aku bosan memikirkan harus bagaimana lagi, tapi selalu di pagi hari adalah semoga bisa melihat senyummu.

Seperti hari ini dan sebelum-sebelumnya. Dan berharap untuk seterusnya.

Setelah sesorean ini tak sia-sia aku menunggumu, malam ini aku bisa tidur dengan tersenyum.
Huahhmm....gud nite..

Saturday, June 04, 2011

kekasih baru dan mantan kekasih

Kalo teman saya bilang, “saya bersyukur karena perempuan yang mendampinginya sekarang adalah perempuan yang baik. Yang tentu saja lebih baik dari saya. Jadi, saya bisa mengikhlaskannya.”

Teman saya yang lain bilang, “kalo ketemu mantan jalan sama pacar barunya, gak perlu cemburu karena orangtua saya mengajarkan, berikanlah barang bekas pada orang yang kurang beruntung.”

Sungguh dua hal yang sangat berbeda sekali bukan?? Yang pertama mengikhlaskan dan yang kedua terkesan belum ikhlas. Ini pandangan pribadi saya, mungkin teman saya yang kedua itu pernah disakiti mantannya sehingga harus berucap seperti itu. Rasa sakit yang belum sembuh, sampai harus berusaha melegakan diri sendiri dengan mengatakan bahwa mantan adalah barang bekas. Well, tidakkan dia menyadari bahwa dia juga barang bekas mantannya itu?? Hehehe. Kok malah jadi keliatan cemburunya yaa...hehehe.

Dulu saya seperti itu loh. Benci sekali dengan mantan. Karena merasa bahwa saya sudah melakukan banyak hal untuknya, memaklumi segala tingkah lakunya, memaafkan kesalahannya, bersabar untuknya. Tapi satu kali saya berbuat kesalahan dan dia sama sekali tak mampu melakukan segala kemakluman dan kesabaran selayaknya yang saya lakukan dulu. Saya benci. Saya marah. Saya dendam. Saya muak.

Tapi kemudian saya sadar, dengannya saya belajar banyak hal. Menjadi seseorang yang lebih sabar, lebih pengertian, lebih lembut. Yang saya ingin katakan adalah, mantan itu membentuk diri saya menjadi lebih baik, lebih waspada dan lebih bijak untuk kedepannya.

Jika kita akan mencari pengganti mantan pasti yang lebih baik dari mantan bukan?? Tentu saja dengan ketentuan berdasarkan pengalaman dengan mantan. Tapi bukan berarti kita harus menganggap bahwa kekasih baru adalah seseorang yang sempurna, dia juga pasti memiliki kekurangan. Bisa jadi fisiknya lebih baik dari mantan, pendidikannya lebih baik dari mantan. Tapi kedewasaannya belum setingkat mantan. Tapi kesabarannya belum sekeren mantan. Maka, baiknya kita yang harus lebih dewasa dan lebih bersabar. Bukankah dulu mantan yang telah bersabar atas segala tingkah laku kita, maka sekarang giliran kita yang belajar menjadi sabar. Bukankah begitu??

Itu artinya kita belajar dari masa lalu. Nah, berarti gak sepantasnya juga kita menganggap mantan adalah barang bekas bukan?? Karena mantan membentuk kepribadian kita secara tidak langsung. Adalah pilihan kita, menjadi pribadi yang lebih baik atau pribadi yang lebih buruk. Kalo kita gak mau dianggap barang bekas, maka jadilah lebih baik. Bagaimanapun kita ini juga seorang mantan baginya.


Wednesday, June 01, 2011

kau dan jas

Sesungguhnya terkadang aku begitu merinduimu,
Merindui senyum yang selalu kau sematkan di wajahku jika melihatmu
Bahkan walau hanya sekilas atau di kejauhan

Namun,
Pun benar adanya terkadang aku jenuh
Jenuh dengan ekspresi datarmu
Jenuh dengan sikapmu yang terkadang begitu manis dan begitu acuh

Kata seorang kawan, terkadang ketika kita jenuh justru dia akan mendekat
Entah dirimu, begitukah??

Kadang, aku terlalu membayangkan bagaimana dirimu jika bersamaku
Membayangkan dirimu mengenakan kemeja warna gelap dan jas warna senada, dengan celana kain, dan sepatu kets, aku tau takkan mampu menyentuh rambutmu itu, karna itulah identitasmu, yang aku suka.

Ah..bukan  aku tak suka penampilanu, aku suka semua tentangmu bahkan ketika kau berjibaku dengan hewan kesayanganmu itu, atau hewan lain nan cantik itu, atau semua tetek bengek kecintaanmu pada alammu.

Yaa..hanya saja membayangkan ketika ada satu saat dimana kau dan aku bersanding mengenakan hal yang bukan kita berdua.
Kau dengan jas dan aku dengan atribut feminin.
Hanya rambutmu sepertinya yang tak ingin kurubah dalam satu saat itu
Nah..kau pasti cakep.

Apa kau tau? Aku berusaha selalu, jika ada hal tentangmu yang tak kupahami,
Aku akan mencarinya dan bertanya kesana kemari, demi supaya aku bisa juga membicarakannya denganmu.

Jangan tertawa, aku seperti itu karena selain supaya aku tidak tampak bodoh, supaya aku juga belajar tentang hal-hal yang kau sukai, juga karena supaya ada hal yang bisa kita bicarakan bersama,
Kau pasti tak tau, setiap kalimat yang kususun semalam jika akan berjumpa denganmu, akan selalu menguap begitu sudah berada di hadapmu.

Dan hari ini aku jenuh, karena selalu bertanya tentang perasaanmu,
Siapa seseorang yang kau sukai.
Hmmm..

Terkadang menerapkan kalimat “nikmati saja dulu semuanya”, tidak mudah.