Semarang, 14 November 2014.
Itu kemarin, iya kemarin. Rasanya seperti riweeeeeeuuuh. Hahahaha. Siapa yang mau melamar, siapa yang ikutan riweuh.
Sepupu dari Jakarta akan melamar kekasihnya di Purworejo. Mampir dulu istirahat di rumah kami. Sebelum mampir, jauh-jauh hari sudah berpesan untuk minta dibelikan apa-apa yang harus dibawa ke rumah calon besan. Ibu saya bingung karena belum pernah melamar anak orang, apalagi anak-anak ibu semuanya perempuan, bukan sebagai pihak yang melamar. ehem. Akhirnya ibu tanya sana sini, terutama kepada pakde yang notabene anaknya laki semua. hohoho. Kalau hanya untuk melamar sebaiknya tidak usah bawa banyak-banyak, anggap saja oleh-oleh.
Baru nanti ketika sudah seserahan, bawa yang macam-macam dalam jumlah ganjil. Ganjil mulai dari tiga, lima, tujuh dst. Nah untuk seserahan ini, pada bagian makanan ada beberapa jenis yang harus ada diantaranya yaitu jenang, wajik, pisang raja. Mungkin maksudnya bawa jenang dan wajik adalah supaya raket dan lengket selamanya. uhuk. Dan pisang raja mungkin simbol supaya sang lelaki bisa menjadi pemimpin bagi keluarganya, raja. hah..itu interpretasi saya semalam dengan ibu.
Ah memang adat Indonesia itu sarat dengan makna...
Menikah itu riweuh, bukan hingar bingar resepsinya maksud saya, tapi proses hingga acara resepsi itu yang panjang. Melamar/dilamar, pengajian, seserahan, akad, resepsi. Lah kan cuma itu, apa riweuhnya. hahahaha. Itu acara pokok saja, kadang acara pengajian tidak dilakukan, tergantung keluarga. Semua memang tergantung keputusan keluarga, dan bukan hanya satu keluarga. CATET. Karena yang menikah adalah dua anak manusia dari dua pasang orang tua dan dua keluarga besar. fiuh..*lap kringet*
Ah kembali ke proses. Sering ada keluarga yang menginginkan prosesi adat lengkap, di Jawa Tengah, setahu saya, Melamar/dilamar, pengajian, siraman/midodareni, seserahan, akad nikah, temu pengantin, resepsi, ngunduh mantu.
Saya, sudah pernah merasakan bagaimana riweuhnya ibu (terutama ibu) dan bapak menyiapkan pernikahan mbak. Dan tentu saja saya kecipratan.
Acara melamar itu memang tidak terlalu ribet, karena kami sebagai pihak perempuan hanya menerima, yaa menyediakan makan minum dan tempat, serta "menerima" lamaran. Namun sekarang, kami adalah pihak laki-laki. Yang melamar. Dan menyiapkan apa yang belum pernah kami lakukan itu rasanya sungguh ehm gado-gado. Karena ibu juga tidak paham apa yang seharusnya dibawa keluarga lelaki, seingat kami dulu mas ipar hanya membawa makanan, buah-buahan, tapi bude pesan jarik dua macam. Akhirnya apa yang kami siapkan kemarin hanya roti bundar empat loyang, buah-buahan satu keranjang parsel, jarik dua macam, dan satu nampan tahu bakso. hehehe. Ungaran gitu. Saya kebagian beli keranjang dan bungkus jarik. Dan eh ya kok cari kardus kado itu ternyata ndak gampang, ngepasi kosong semua.
Tapi yaa, sudah lewat. Alhamdulillah, lancar. Prosesi lainnya akan dilaksanakan bulan desember tahun ini. Bulan depan.
Kemudian pengajian atau pemberkatan. Lalu siraman/modidareni. Seserahan dilanjut dengan akad nikah. Temu pengantin, baru kemudian resepsi. Memang nampaknya simpel saja. Apalagi kalau cuma sebagai tamu undangan yaa. hahaha.
Yang riweuh itu behind the scene nya. Ada pembentukan panitia. Panitia yang bertanggung jawab atas kelancaran dan kesuksesan jalannya acara. Panitia ini biasanya diisi oleh tetangga sekompleks rumah dan keluarga. Baik-baik deh sama tetangga, karena mereka itu yang pertama bantuin kita disaat seperti ini. hehehe. Panitia ini lah yang riweuh. hahaha.
Dalam setiap prosesi, menemui riweuh nya masing-masing. Menentukan hidangan apa saja yang harus ada. Menentukan hidangan apa yang pantas untuk setiap acara. Hidangan yang harus ada? itu adat kak. Seperti yang sudah saya singgung di atas. Adat penuh dengan simbol dan makna. Tentu saja, adat arab dan adat jawa itu BEDA. hahaha. Jenang dan wajik, supaya selalu rekat dan erat, dan sebagainya.
Membuat daftar tamu undangan. Saya kebagian mengetik nama tamu undangan yang nantinya akan ditempel di kartu undangan. Dan itu tidak mudah. Tulisan bapak terkadang membuat saya salah tafsir. hehehe. Dan urusan undangan ini dulu yang mengurus desain dan pemesanan adalah mbak, dan dua minggu sebelum hari H, belum jadi, membuat bapak menjadi uring-uringan. Hawa-hawa menjelang pernikahan memang hawa uring-uringan. hahaha.
Untungnya, seserahan itu urusan pihak lelaki yah, dua mempelai sih. Katanya dulu hanya pihak lelaki saja yang menentukan, namun kini ketentuannya lebih longgar. Menimbang segala ukuran dan kesukaan khawatir tidak pas, kini, sebaiknya kedua calon mempelai yang mempersiapkan. Seserahan itu isinya kebutuhan mempelai perempuan. Simbol bahwa nanti nya sang lelaki mampu menyanggupi itu semua. Mulai dari peralatan ibadah, kain, pakaian panjang, pakaian dalam, make up, asesoris, alas kaki, perlatan mandi dan jajanan/ makan. Kunci mobil juga boleh. Tapi digendong ke mana-mana agaknya juga romantis. hahaha. Bercanda. Seserahan ini harus ganjil. Satu, tiga, lima, tujuh, sembilan dst. Kenapa ganjil? saya tidak tahu kenapa. Mungkin karena tuhan senang angka ganjil. hehehe.
Saya paling senang prosesi temu pengantin. Ada lempar sirih, injak telur, cuci kaki, digendong dan dipangku bapak pihak perempuan, menuang beras, suap-suapan. hehehe. Itu simbol semua. Tapi makna saling melempar sirih, saya tidak paham maknanya apa. Kalau cuci kaki, sepertinya simbol bahwa sang istri nanti akan merawat dengan sabar sang suami. Semacam itu. Sedangkan menuang beras, nah ini sang perempuan yang menerima tuangan beras harus menjaga supaya beras tidak kocar kacir dan semuanya masuk ke dalam wadah dengan baik. Hal ini bermakna, bahwa sang istri bisa menjalankan rejeki yang diberikan suami, berapapun rejeki yang diberikan oleh suami cukup untuk kehidupan rumah tangga mereka.
Lho kok malah cerita itu. hehehe.
Karena tadinya saya ingin bercerita tentang riweuh nya menikah, saya jadi mengingat lagi kesenangan-kesenangan dalam prosesi pernikahan. Riweuh memang, tapi senang. Melihat para tetangga berkumpul, bermusyawarah demi kelancaran acara. Melihat ibu-ibu berkumpul, memasak dan bercerita. Melihat para pegawai penyewaan alat-alat pernikahan mendirikan tratag. Oh karena halaman, tepatnya lapangan di kompleks kami luas, maka acara diadakan di lapangan tersebut, tidak sewa gedung. Melihat para pendekor pelaminan juga menyenangkan. Saat itu saya menempatkan diri duduk di antara keramaian itu. Dan saya senang. Ada kebahagiaan tersendiri melihat itu semua. :)
Saya belum menikah, tapi saya terlibat dalam acara pernikahan mbak. Dan yang baru-baru ini adalah sepupu.
Di dalam keriweuhan itu banyak doa baik mengalir. :)
Tentu banyak yang berkomentar, menikah itu yang simpel saja, seperti nasihat Rasulullah. Ya, memang. Dalam islam tidak diperbolehkan berlebihan, jika tidak mampu. Dan sejujurnya, saya pun ingin nantinya jika saya menikah, yang simpel saja. Tapi menikah itu kan bukan perkara dua orang saja. Ada orang tua dna keluarga. Orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Yang ingin saya ceritakan di sini, bukan perkara riweuh yang memberatkan, tapi riweuh yang menyenangkan. Riweuh yang diberkati.
Selamat menikah bagi siapa saja yang telah menikah, baru saja menikah dan akan menikah. Selamat merajut cerita baru.
Barakallahu laka wa baraka alayka wa jama'a baiynakuma fii khair.