Kamu dan rokok. Kamu dan kopi.
Kamu, kopi dan rokok. Takkan ada yang menduga kamu dekat dengan mereka berdua.
Ah maaf aku lupa satu lagi. Buku. Kamu dan buku. Kamu, kopi dan buku. Teman
kuliahmu pernah berkata padaku bahwa dulu kamu tak suka membaca. Jangankan
buku-buku sastra, buku kuliah pun malas kau buka, apalagi baca. Itu kata dia.
Aku tak percaya. Buku adalah salah satu hal yang mendekatkanmu padaku, setelah
lagu-lagu indie. Masih ingat novel yang tahun kemarin dibikin filmnya, yang
kemudian membuat hampir seluruh pemuda Indonesia berbondong-bondong mendaki
puncak tertinggi Jawa. Yah...novel yang itu.
Ah..mari kembali pada kamu, kopi
dan rokok. Aku pun tak menduga kamu dan rokok, memiliki hubungan sedekat itu.
Sejujurnya tak mampu kubayangkan bagaimana kamu mengisap rokok itu dalam dalam
dan mengembuskan asapnya. Yehaa dalam bayanganku kamu akan terbatuk-batuk dan
berhenti mengisap bakaran daun tembakau itu. Apalagi mengingat kamu pernah
punya sakit pernapasan. Tapi kamu pernah bercerita, jika kawan-kawan mu
menawari dan kamu sedang tak sanggup menolak, sebatang saja akan kamu cicipi,
menghargai katamu. Itu cerita lama. Dan aku pun mendengarnya karena aku
bertanya. Kamu tahu? Aku tak suka lelaki perokok, dan waktu itu kriteria lelakiku
adalah bukan perokok. Ah itu masa ketika usiaku
usia-perempuan-yang-memiliki-kriteria-lelaki-idaman.
Sampai aku menemukan sebungkus
rokok dalam tasmu, waktu itu kamu bilang itu milik temanmu. Seminggu setelahnya
kutanya lagi, kamu bercerita itu milikmu. Entah mana yang benar. Aku hanya akan
terus mengingatkan, rokok itu menggerogoti paru mu, tubuh mu, bahkan mungkin
cinta di sekelilingmu.
Ya..ya..aku juga pernah merokok.
Sekali atau dua kali, aku tak ingat. Dulu. Itupun rokok gratisan. Ada event di
suatu tempat, aku beli karcis masuk dan diberi bonus rokok satu bungkus. Aku
merokok ketika pikiranku saat itu sedang kalut. Kututup rapat kamar kos,
jendela, gordennya. Jangan kamu bayangkan aku mampu menelan semua asap itu,
sedikit-sedikit saja. Yang bikin senang saat itu bukan asap rokok yang enak
tapi senang karena melakukan hal nakal. Pernah kuceritakan padamu bahwa aku
sekali merokok, ekspresimu seperti melihat setan pocong lewat. Hahaha, aku
tertawa. Pernah bukan berarti aku perokok, kutekankan itu padamu, dan teman
laki lainnya yang ekspresinya sama sepertimu.
Cerita tentang kopi pun sama.
Kopi juga hal yang mendekatkan kita. Kopi sidikalang. Masih ingat? Kopi
sidikalang dan topi gajah. Entah di mana topi kece mu itu sekarang. Tiap ada
yang tanya, sudah pernah minum kopi sidikalang, aku dengan bangga menjawab
sudah, dan lantas ingat padamu.
Kopi dan rokok. Aku belum pernah
merasakan bagaimana rasanya jika dua hal itu dinikmati bersama. Nah kan kenapa
kamu melotot seperti itu. Tenang saja, aku tak berniat mencobanya. Tapi, kau
sudah pernah kan? Bagaimana rasanya? Nikmat mana dibanding kopi sambil
bercerita bersamaku. Ah kau diam terlalu lama, ya..ya..aku tahu jawabnya.
Sebaiknya jangan lagi kamu
merokok, kesehatanmu lho.
::separuh fiksi separuh tenanan::
gambar nyomot semena-mena dari google image