Tuesday, September 24, 2013

Poin ke-6

Postingan yang dulu tentang Manual Cinta Tak Terbalas (Manual Cinta Bertepuk Sebelah Tangan), hari ini saya coret satu lagi. Poin ke-6. hahahaha. Iyaaaa....saya sudah dapat foto Mas waktu kecil, foto ijasah TK, SD, SMP. Hehehe.

Kalau foto SMA ndak ada katanya. Iya saya minta sama mas, lha wes gimana saya dapetinnya kalau ndak minta, kan saya belum kenal keluarga mereka. Hehe.

Oya, fotonya juga bukan foto cetak, tapi hasil repro, karena sudah tidak punya lagi dan klise nya entah di mana. Tapi tetep seneng dong saya. Bagian dari dirinya yang tidak saya tahu, bagian masa kecilnya yang tidak saya tahu. *duh pas banget ini lagunya Ost. A Gentlemans Dignity*
Jadi, tadi sore, kami berdua ketawa-ketawa liat fotonya. Ganteng dia waktu kecil, sipitnya kaya orang cina. Beneran deh. Hehehe. Dan gaya rambutnya mengingatkan saya pada foto Tan Malaka. Sipitnya mengingatkan saya pada Soe Hok Gie yang diperankan Nicholas Saputra. <3 muah..muah...

Mas Kecil

Trus saya juga minta foto dia yang terbaru, yang background fotonya berwarna merah, ganteng juga euy (teteup)...hahaha. Pasang di kamar.


Obrolan sore nan gaje

Kami berdua menonton ShowImah sore ini. Bintang tamunya, Cesar. Iya, Cesar yang goyang Cesar itu lho.
Jangan harap Mas paham alur cerita acara ini, dia sibuk main futbol menejer.
Dia bertanya (sambil terus ngutek-ngutek leptopnya), “Itu Cesar kenapa nduk?Dia bukannya asistennya Soimah ya, sekarang udah nggak to?”
Dan saya menjelaskan, “Masih asistennya kok, eh asisten di acara ini kan maksudnya?”
“Iya. Kok jadi bintang tamu?”
“He’em. Dia ulang tahun hari ini, jadi bintang tamu, nyeritain awal karirnya dia.”
Entah Mas mendengarkan penjelasanku atau tidak. Kalimat berikutnya yang dia ucapkan adalah “Kamu gimana kalau jadi artis, nduk?”
Jeng..jeng..jeng...dan terjadilah obrolan geje berikut.
Saya    : “Hah..aku?jadi artis. Janganlah, nanti banyak yang nangis.”
Mas     : “Nangis kenapa?”
Saya    : “yaaa...karena nyesel dulu meninggalkanku.”
Mas     : “Huuuuuu.....pede sekali.hahahah.”
Saya    : “ahahahahaha...ya memang harus pede, dan kayaknya sih begitu.” *ini ngomongnya separuh geli*
Mas     : “Kalau kamu jadi artis, kamu juga pasti meninggalkanku.”
Saya    : “Aku nggak mau jadi artis kalau harus meninggalkanmu.”
Mas     : “cuih...”

Saya    : “hahahahahahahahaha...’ *ketawa ngekek*

Saturday, September 21, 2013

Drama sabtu-minggu (end)

Kesedihan itu terjadi seminggu yang lalu, dua minggu yang lalu, empat minggu yang lalu, berbulan-bulan yang lalu. Itu bukan pertama kalinya. Itu sudah sering. Dan kemarin aku mengungkapkannya padamu karena aku sudah tidak tahan lagi memikulnya, jadi aku mengatakannya padamu. Dan itu akan jadi kesedihan untuk yang terakhir. Araso???

Dengan aku mengungkapkannya padamu, saat itulah aku mengakhiri kesedihan yang seperti itu.


Tidak akan ada lagi drama sabtu-minggu.

Friday, September 20, 2013

Perjalanan 2

Hai sayang, hari ini aku berangkat ke Ranu Kumbolo.
Mandalawangi sudah tidak semenentramkan seperti semalam.
Kau sedang apa?

Rindukah kau padaku?


Thursday, September 19, 2013

Perjalanan 1

Aku kembali pada diriku sendiri. Diri yang terlalu lama aku cintai. Diri yang beberapa waktu ini aku khianati. Ya, bukankah kemarin kau takut aku mengkhianatimu? Maka kubuka lagi cerita perjalananku, dan aku tahu, aku salah melangkah. Dan aku kembali. Aku kembali pada kesetiaanku akan diriku sendiri.

Sekarang kau tak perlu khawatir aku berkhianat. Aku telah kembali mencintai diriku sendiri, seperti ketika aku membuatmu jatuh cinta. Diriku yang beberapa bulan ini membuatmu jengah, sudah tak terlacak jejaknya, dia mati.

Bagaimana? Apa kau masih mau kembali mencintaiku?

Jika kau masih ragu, tak apa, kau juga boleh kembali mencintai dirimu seutuh dahulu tanpa perlu merisaukan itu akan menyakitiku.

Hari ini aku berkelana ke Mandalawangi, kau tahu kan, Pangrango adalah tempatku ingin jatuh cinta, bahkan aku jatuh cinta padanya sebelum aku ke sana. Ya, aku juga ingin bertemu Nicholas Saputra di sana, ah lelaki itu, jadi Rangga ataupun jadi Gie tetap menawan. Kau tahu? Kau juga menawan. Ah tentu kau tahu. Kau sadar betul kau menawan.

Mungkin besok aku akan pergi ke Ranu Kumbolo, kau juga tahu kan, Semeru juga tempat aku ingin jatuh cinta.

Ya, aku akan mejelajah semua tempat yang membuatku jatuh cinta bahkan sebelum aku melihatnya.

Apa kau cemburu karena aku pergi tanpamu?


Tenang saja, aku pergi bersama diriku sendiri.


Monday, September 16, 2013

r u w e t

semua terlalu rumit untuk diceritakan ulang

karena waktu toh tak akan pernah berulang

dan hanya semakin jauh

tertinggal

dan aku semakin bodoh

terus melakukan kesalahan yang sama

terus melalui jalan berkubang yang sama

susah untuk diceritakan lagi

semua sudah diurai

simpul kacaunya (begitu kata festivalist)

dan ujung kekacauan itu

adalah 

aku

aku

aku

aku

yang tak pernah mau berkorban

yang hanya sibuk mengeluh 

dan 

mengeluh

bisa kau pahami itu?

bisa?

bisa?

mungkin tidak

maka aku enggan bercerita tentang ruwet ku sendiri

ini tak ada hubungannya denganmu

karena aku belum menjadi bagian hidupmu

bahkan mungkin 

belum menjadi bagian hatimu


Hai november....


aku bisa tidak fokus pada hal lain
namun,
aku tidak bisa tidak fokus padamu

itu saja mungkin yang perlu kau tahu

Saturday, September 14, 2013

Hello...hello...how many koishiteru no?



Ini sabtu yang penuh drama seperti biasanya. Drama akhir pekan, ketika teman-teman kembali pada kekasihnya dan kekasih kembali pada teman-temannya.

Semarang, bulan september banyak sekali festival, sampai aku lupa apa saja namanya.

Tapi, di taman, di depan kantor walikota sabtu malam ini, seperti sabtu malam sabtu malam biasanya. Berpasang-pasang kekasih, bergerombol-gerombol perkawanan. Aku, sendirian menikmati hiruk pikuk. Lampu trafic menyala merah, aku melangkahkan kaki ke seberang, ke gedung tua berpintu seribu. Duduk lesehan di trotoar, di luar area gedung, (ya karena kalau masuk musti mbayar) menikmati, sekali lagi, hiruk pikuk malam panjang. Malam yang terlalu pannjang, hati yang panjang, usus yang panjang, oh damn aku mulai mengeluh. Baiklah. Mari ponsel ini kita selipkan ke dalam tas, di sudut yang paling dalam, dalam mode silent dan tanpa getar. Pasang earphone dan mp4, biarkan Yui menyanyi, suasananya pas sekali, seperti melihat film beserta sontreknya.

Yah nikmat tuhan yang manalagi yang kau dustakan. J

Tetiba dua pemuda mendekat, tersenyum dan meyapa “sendirian mbak?”

Kubalas senyum dan kujawab “nggak mas, tuh rame-rame sama orang se-semarang”

“Pacarnya ke mana?” dia mengabaikan penjelasanku.

Kujawab senyum sajalah. Ku lihat salah seorang diantaranya menenteng gitar, dan seorang lagi menenteng kamera. Diam kupandangi mereka yang mengambil posisi duduk di sebelahku. Pembawa gitar mulai memetik gitar dan pembawa kamera sibuk memotret. Mas gitar, mari kita sebut demikian, melirik mp4 yang kubawa, dia tersenyum kemudian mulai bermain gitar dan menyanyi, awalnya tidak jelas pengucapannya namun lama-lama kudengar lagu yang dia nyanyikan tidak asing di telingaku,

“Mendoukusa sou ni warai nagara mo
Juwaki no mukou de
Kotaete kureta ne anata
Honno sukoshi wakari aeta koro
Sonna yorokobi kanjite iru
I will love you.”

Heeehhhhh….kurang lebih begitu tatapanku kutujukan padanya, itu lagu Yui yang sedang kudengarkan. Siapa orang ini. Hahahaha. Jarang jarang ada yang tahu lagunya Yui, menurutku sih. Yabiasanya lelaki-lelaki itu kan tahunya ekebi atau jeketi atau girls generation atau wonder girls. Ahihihhihihi.

Belum selelsai aku bengong dia sudah menyanyikan lagu yang berbeda, dan aku ngeh juga ketika dia nyanyi di nada tingginya
“Shikata nai yo tte sonna kao yamete
Higaisha wa dare? Kagaisha wa dare?
Zubunure datte waratte iyou yo
Atashi ga zutto soba ni iru kara”

Masih lagunya Yui- We Will Go. Hahahaha. Asli, mas ini ngagetno.

Seiring lagu di telingaku berubah, maka lagu yang dia nyanyikan juga berubah. Persis pun. J aaaaakkkkkk....sabtu malam jenis apapun ini. Hahahaha.

Aku cuma senyum senyum aja. Nggak berani nanya ataupun menyela nyanyiannya. Sejak aku ngeh yang dia nyanyikan, aku melepas salah satu earphone ku, jadi ada dua versi lagu, di kepalaku. Versi laki dan versi Yui. Ahahahaha. Mas ini nyanyinya enak banget, pengucapannya juga Jepang banget. Iiiiihhhhh....sopo mase iki? J

Sebelum lagu berikutnya selesai, aku mengeluarkan catatanku, lirik lagu Yui yang berjudul Love & Truth, nggak ngerti tapi lagu ini aku suka jadi liriknya aku catat dan terkadang aku nyanyiin. Nah pas mulai masuk lagu ini, aku juga ikut nyanyi,
“Konna ni omotte iru
Jikan wa tomatte kurenai
Karappo no kokoro wa
Anata no kimochi wo
Mada mitsukerarenai
 
Onaji e wo nido to egaku koto wa dekinai no ni
Atashi no kanjou wa tada kurikaeshite bakari

Agaknya si mas kaget aku ikut nyanyi, dan tersenyum begitu melihat catatan yang kupegang.

"Ai no uta" wo kikasete yo
Sono yokogao mitsumeta
Anata no koto shiritai yo
Mou deatte shimatta no

Donna ni sabishikutemo
Mata aeru ki ga shite iru kara
Riyuu nante iranai
Hikikaesenai koto wo shitte iru

Kono mama ja wasuremono ni natte shimau desho?
Atashi no kanjou wa namida no oku kagayaita

"Ai no uta" wo kikasete yo
Sono yokogao sono saki ni
Anata ga ima mitsumeteru
Hito ga iru to wakattemo

Tsubasa wo kudasai to
Shinjite utau you ni
Atashi datte chikau yo
Kako mo zenbu
Uke ireru tte kimeta

S
edikit sambil tertawa kami terus bernyanyi.

"Ai no uta" wo kuchizusamu
Sono egao ni furetai
Anata ga ima mitsumeteru
Hito ga iru to wakattemo

"Ai no uta" wa owaranai
Mou deatte shimatta no
...Owaranai
...Love and truth”

Masih ada satu lagu lagi di album ini. Eh mas yang motret tadi ilang.

Mas gitar berhenti bernyanyi, sedangkan Yui di telingaku masih bernyanyi, lagu dari album yang lain, Hello. Si Mas gitar nanya, “mbak lagu yang selanjutnya apa?”

“hello mas.”

“oh yang sontrek film kan itu, film opo ya mbak, aku lupa, pokokke yang main cantik. Yang main di Buzzer Beat.”

“paradise kiss, mas”

“aaaah iyo kui mbak. Emmmmm...”

Dia mulai memetik gitarnya, aku memencet tombol play. Lagi, dua versi lagu Yui di kepalaku.

Ngehehehe...tuhan maha asyik. Mas pemotret kembali, sambil senyum-senyum.

Lagu berikutnya, si mas gitar bilang “sudah mbak, kita kenalan dulu, mosok nembe “Hello” kemudian “separation””

Eeeh dia beneran apal isi albumnya Yui. Heuheuheu...

Baiklah....

Dia menyodorkan tangannya, sambil tersenyum, “Haris”
Aku pun menyambut, “Dian”
Lanjutnya, “oh iya yang ini Seno.”, sambil memperkenalkan temannya. Seno hanya mengangguk dan senyum.

“Mas Haris, boleh pinjam gitarnya? Mas Seno bisa tolong potoin?” kataku norak. Ahahahaha. Eh mumpung pemandangannya ciamik kan jadi mirip Yui. Mirip dari Hongkong.

Mereka berdua sedikit kaget, tapi kemudian senyum. Setelah sesi poto-poto bareng kami ngobrol, duduk lesehan, hah istilah lesehan ini cukup menganggu, mari kita sebut, ndeprok, lha kan duduk ngglesot di trotoar.heuheuheu.

Cerita-cerita lah kami, mereka dari undip. Mas Haris jurusan sastra jepang, Mas Seno jurusan Ekonomi, lho kok nggak nyambung sama kameranya? Hehehe. Dia bilang kamera itu untuk semua kalangan, siapa saja bisa motret, siapa saja boleh motret, bahkan yang berjurusan ekonomi. Iya deh. Hehehe. Berceritera memang mempercepat waktu, tiba-tiba sudah pukul sembilan malam. Yah itu berarti aku sudah harus pulang. Kami bertukar alamat email dan nama akun socmed. “Nanti poto-potonya dikirim ya mas. Hehehe.”

Mas Haris menyanyikan lagu Separation. Tapi yang kuharapkan sih kapan-kapan bisa ketemu lagi, nyanyi lagi, kalau perlu ngamen bareng. Huhuhuhu.


Sepanjang perjalanan pulang senyum lebaaaaarrrr....aneh ya, tapi menyenangkan.