Tuesday, October 29, 2013

Debu di pelupuk mata dan belalang

Debu di pelupuk mata adalah hal kecil yang terasa besar. Mau dikucek terus sampai iritasi, atau segera ditetesi obat mata kemudian lega
Dipilih...dipilih..dipilih...


Sejak kemarin saya menulis demikian. Saya pikir, saya sering sekali menganggap hal kecil dan menjadikannya besar. Padahal bisa saja saya mengguyur masalah kecil itu dengan lebih bijaksana. Seharusnya begitu. 

Tentu debu itu adalah masalah penting karena jika didiamkan dia akan mengganggu penglihatan, ngganjel. Tapi ya itu tadi lho, disikapi dengan bijaksana saja. Diguyur dengan obat tetes mata, bukan dikucek atau diubek-ubek, beneran jadi gawat itu kalau iritasi.

Lebay memang tulisan ini. Tapi perumpamaan itu memang bener dan cukup ngampleng saya. Kemarin saya kelilipan. Waktu masang anggrek epifit di batang pohon sukun di belakang rumah. Debu gesekan tali raffia di batang itu terbang oleh angin dari arah depan, masuklah ke mata. Kebayang debu nya sekecil apa kan? Tapi beneran itu ganggu. Udah ditetesi obat mata, tapi nggak mau minggir, nempel di kelopak mata atas bagian dalam. Ngganjel bangetttt. Setelah operasi kecil, saya cungkil debu hitam itu menggunakan cotton bud yang sebelumnya sudah ditetesi obat mata, bisa diambil. Lega. Meskipun menyisakan perih akibat gesekan cotton bud dengan kelopak mata.

Sorenyaaaaa, yang kelilipan gantian mata kanan, oiya tadi yang kelilipan adalah mata kiri. Yang mata kanan ini, sampai malam tidak terdeteksi dimana debu itu berada. Sudah ditetesi obat mata beberapa kali tetep masih ngganjel, dan ndak bisa keluar debu nya. Yaweslah..saya menyerah, saya merem, tidur, istirahat. Paginya sudah bersih, tapi beleknya banyak. Hehehehe. 

Berarti ada satu lagi jalan keluar, selain berusaha mengeluarkan debu itu dengan obat tetes mata dan mengambil dengan cotton bud, juga bisa diatasi dengan tidur, maksudnya adalah ikhlas. Kan sudah berusaha sebisa mungkin. Sudah berusaha dengan ditetesi obat mata, tapi gagal, ya sudah, terima saja, mata punya cara sendiri untuk melindungi dirinya. Mata punya prosedur untuk membersihkan dirinya. Tuhan juga punya caranya sendiri untuk membantu kita keluar dari masalah, yang perlu kita lakukan adalah berusaha sebisa mungkin, kemudian ikhlas dengan apa yang dikehendaki tuhan. Begitulah...tuhan punya prosedurnya sendiri, yang cepat atau lambat kita akan menyadari itu sebagai berkah. Bukankah tidur dalam kasus kelilipan saya yang kedua juga merupakan berkah. Hehehehe. Mekso memang analoginya.

Beda lagi dengan kelilipan belalang, eh bukan kelilipan sih sebenarnya, tapi ditemploki. Saat malam kemarin pulang dari kost teman, tetiba ada belalang nemplok ke dada saya, belalang besar. Saya kaget, tapi mungkin dia lebih kaget ya. Hehehe. Setelah itu, karena gelap saya tidak tahu apa kabar belalang itu, jatuhkah pasca menubruk saya, atau bagaimana saya tidak tahu, karena gelap malam. Saya toh mengendarai motor dengan kecepatan cukup tinggi. Ternyataaa...belalang itu nggremet ke atas, ke wajah saya, sontak saya kaget dan buru-buru membuangnya. Saya kibaskan dia begitu saja. Nah jika tidak hati-hati ketika membuang belalang itu, bisa jadi saya yang jatuh, dan ngglangsar dengan sukses. Buru-buru menyelesaikan masalah tanpa tahu pasti penyebab masalah itu timbul juga akan berakibat tidak baik bukan. Harus punya strategi dan kondisi yang seimbang. Supaya efek yang ditimbulkan dari pengambilan keputusan itu juga bisa diterima dengan baik dan tidak menimbulkan ”cedera” yang berlebihan. 

Baik debu maupun belalang, adalah hal yang sulit diprediksi akan datang. Tapi kemungkinan mereka mak bedunduk datang pasti ada, karena ini hidup. *uwooooooh..bahasane* Ya kan habitat tempat kita hidup ada banyak debu dan ada belalng, kemungkinan mereka tiba-tiba nyempil dan nemplok itu pasti ada. Dalam hidup juga demikian. Menjadi siapapun, dokter, profesor, presiden, peneliti, pasti akan ada banyak masalah datang tak terduga, jadi persiapkan diri untuk bisa selalu bijaksana dan ikhlas menerima, siapkan semangat yang tak pernah pupus untuk mencoba menyelesaikan.

Perkara kamu-kapan-nikahnya?

Beberapa bulan ini saya kacau balau. Yang biasanya rutin mencatat apa saja kebutuhan sebulan, kemudian beli barang-barang itu sekaligus dalam satu waktu, tapi beberapa bulan ini kecer semua. Belinya kalau pas ingat saja. Jadinya bolak balik ke minimart, padahal biasanya ke toko swalayan yang lumayan besar dan lengkap, atau ke warung kulakan di pasar.

Nah pagi ini saya ingat dan pengen eh butuh ding beli lulur, mengingat kacaunya saya beberapa bulan ini, saya jarang mandi dengan seksama. Ya maksudnya mandi seadanya, gosok gigi, cuci muka, sabunan, jebar jebur, dan shamponan dua hari sekali. Jarang dan hampir nggak pernah luluran cint. Duh padahal uripe ning ndalan, debu-debu, sinar matahari, asap knalpot. huhuhuhu. Rempong.

Dan pergilah saya beli lulur ke al*amart. Pengunjung pagi ini adalah saya, dua mbak-mbak dan satu mas-mas sedang memilih air minum di lemari pendingin. Saya dan dua mbak itu agak random. Saya sih memang kebiasaan meskipun tahu apa yang mau dibeli, tapi selalu putar-putar dulu, mbok menowo ada yang lupa harus dibeli juga. Nah sampai di rak bahan-bahan masak, si dua mbak itu juga berhenti di sana. Saya cari bubuk kayu manis dan cengkeh, tapi ya jelas nggak ada sih. Mereka berdua ngobrol dan kebetulan saya dengar, mereka di belakang saya lho ya, saya nggak nguping lho ya, cuma ya keterusan dengar. hehehehe. Ada kalimat yang bikin saya nengok dengan seksama. Nah, mari kita sebut mereka berdua dengan Mbak A dan Mbak B.

Mbak A: lha kamu kapaaaaan? ndang nikah. *sambil ngambil beberapa mie instan*
Mbak B: lho uwis lho ya..
Mbak A: kok aku ra diundang. *ujar mbak A buru-buru memotong pembicaraan*
Mbak B: uwes ping pindo batal terus.

krik..krik..kemudian hening. Setelah nengok dengan seksama sekejap saya kemudian saya mlipir. Waiki drama ki mesti

Ah ya sepertinya memang perkara kamu-kapan-nikah dan ndang-nikah-wong-yo-wes-umur sedang hit akhir-akhir ini. Bulan apa sih ini, banyak yang nikah. hehehe. 

Teman-teman saya ada belasan pasangan yang menikah tahun ini. Bulan october-november ada lima pasang. hihihihi. Barakallah ya temaaaaan-temaaaaan.

Tuesday, October 15, 2013

ri cuh

Sesungguhnya, ketika diam meraja, adalah saat di mana pikiran menggema kan kericuhan.

Ricuh yang mencari celah untuk reda. Aku sedang mencoba untuk reda. Sekalipun yang ingin kulakukan adalah menangis, menghujani tenang ini dengan sebuah lega.

Ricuh yang berkecamuk dalam setiap hela nafas.

Ricuh yang ah bagaimana lagi aku harus menjabarkan sepi ini.



Monday, October 14, 2013

finally



yeah....akhirnya...

welcome to the jungle...

Thursday, October 03, 2013

Tentang tembok

Sebenarnya apa yang membuatmu marah?
Karena aku berkata tentang tembok, kemudian kau merasa aku menganggapmu seperti tembok?
Coba teliti lagi kalimatku.

“ada seseorang yang berujar: lebih mending ngobrol sama tembok daripada yang diajakin ngobrol nggak nyambung.
Dalam hati aku menjawab: kalau sudah nyadar yang kamu ajak ngobrol itu nggak nyambung, anggap saja dia tembok.”

Maksudku adalah, daripada kamu berpaling mencari tembok dan mengajaknya (tembok itu) ngobrol, alangkah lebih simpelnya jika kau menganggap orang di hadapanmu itu sebagai tembok. Kalimat pertama itu orang lain yang bilang, aku mengucapkan dalam hati kalimat keduanya. Karena menurutku, ya itu tadi, daripada kamu repot-repot mencari tembok untuk kau ajak bicara hanya karena orang di depanmu itu nggak nyambung ngobrol sama kamu, kan mending orang yang kamu sadari betul sudah tidak nyambung itu kau anggap sebagai tembok, tetap saja berbicara padanya, tetap saja bercerita, masalah dia menanggapi ceritamu dengan tidak nyambung, abaikan saja, toh dia tembok.

Apa aku melanjutkan smsan ku denganmu? Tidak kan? Itu artinya aku tidak  menganggapmu sebagai tembok, tapi aku sudah sadar betul kau sedang tidak nyambung denganku, maka aku pergi. Aku hanya mengirimimu ulang pesan yang mungkin luput kau baca dengan seksama, supaya kau baca ulang.

Sepertinya kau sedang lelah, dengan aktivitasmu di Jogja, aktivitas apa, aku tidak tahu. Kemarin kau berhenti mengirimiku cerita. Dan aku enggan bertanya, bukan karena aku tidak peduli padamu, tapi karena aku takut aku tidak bisa menguasai diriku sendiri untuk tidak cemburu pada teman-temanmu. Bukan cemburu seperti ketika perempuan cemburu pacarnya punya banyak teman perempuan, bukan, tapi cemburu karena jika kau bersama teman-teman Jogja mu itu, kau terasa jauh. Ah sudah, aku tak mau menceritakan detilnya. Tapi aku senang jika kau mau menceritakan kegiatanmu di sana. Seperti ketika kau bercerita sedang mengamati capung di gunung kidul.

Eneg ketika aku tahu kegiatanmu dari halaman muka itu. Entah kenapa, padahal biasanya aku mencari tahu kegiatanmu juga dari halaman itu. Tapi kali ini aku bosan. Mungkin aku merasa bukan lagi seorang yang spesial, karena kabar yang ku tahu tentangmu sama seperti kabar yang di baca orang lain, melalui halaman muka.

Ah aku menulis sepanjang ini, rasanya semua ini yang ingin kuungkapkan padamu. Tapi aku tahu betul kau sedang tak ingin berdebat. Kau itu, sudah sensitip, tidak mau menerima penjelasan orang lain. Ooooooooh maiiiii....apa iya kita berdua selalu akan memproses semua masalah dengan cara seperti ini. Kapan kita berdua bisa dewasa menyelesaikan perseteruan seperti ini.


Dan aku tahu kau tidak akan mengirimiku pesan sehari berikutnya. Kemudian kau tambah waktu menginapmu di Jogja. Dari tiga atau empat hari menjadi seminggu.

Wednesday, October 02, 2013

Good Day

“every day may not be good, but there’s something good in every day”

Skejul saya hari ini tidak berjalan lancar. Sedangkan saya sebenarnya tidak memiliki rencana cadangan. Tapi, disaat pikiran blank, tetiba ada pesan masuk. Harus foto untuk pamwis. Yasudah foto saja lah hari ini, tapiiiii...lupa bahwa foto itu harus mengenakan kemeja putih dan jilbab hitam. Which is saya tidak bawa semua. Belok ke gramed lah, setelah sebelumnya mampir kos teman untuk pinjam kemeja putih. Saya punya kemeja putih, tapi tidak bisa dipasangi dasi. Foto harus pakai dasi.

Maka rencana dadakan berikutnya adalah pergi ke gramedia. Jreng..jreng..panasnya Semarang. Sampai di gramedia, buku yang dicari tidak ada. Malah nemu buku-buku yang menggoda isi dompet. Hayaaaaah......bukunya Kuntowijoyo, Ayu Utami, YB Mnagunwijaya, Emha Ainun Nadjib dan komik miiko. Hehehe. Tetiba saya ingat ada toko buku yang diskonnya lumayan. Toga Mas. Aheyyyy....good idea. Setelah menimang-nimang buku apa saja yang sekiranya tidak ada di Toga Mas, biasanya yang terbitan gramedia (yaiyalah). Hehehe. Saya beli komik miiko dan buku YB Mangunwijaya, Pohon-Pohon Sesawi. Bukunya Ayu Utami terbitan gramedia sih, tapi yaa besok sajalah. Hehehe.

Meluncur ke Toga Mas. Mencari Indonesia Bagian Dari Desa Saya, Emha Ainun Nadjib. Cari di rak-rak buku nya tidak ada. Cari di komputer ada lho. Ya sutra, saya bertanya pada pegawai, ternyata itu buku terbitan baru jadi masih di gudang. Ketika saya bertanya apa saya bisa membeli nya siang tadi, ternyata tidak bisa, harus nunggu barcode nya jadi yaitu sekitar jam dua-an. Haaayooooo suwi yaaa...hehehe. Saya di sana jam satu lho. Nunggu di toko buku itu sebenarnya menyenangkan tapi tadi saya terburu-buru untuk memesan buku secara online, supaya bisa segera saya transfer uangnya hari ini. Pulanglah saya dengan langkah gontai. Huhuhu. Buku Cak Nun itu sebenarnya bukan buku baru, tapi terbitan baru dengan cover yang baru. Daaaaan saya jatuh cinta sama covernya, kalau tulisan-tulisan Cak Nun, sudah cukup lama saya jatuh cinta, tapi beli bukunya masih jarang, soalnya mas punya hampir semua buku tulisan Cak Nun. Hehehhehe. Buku mas yang saya pinjam dan belum selesai dibaca saja ada dua biji, Kopi Jon Pakir dan Markesot Bertutur. Tapi buku Indonesia Bagian Dari Desa Saya ini, dengan cover barunya, saya ingin punya. Hohohoho.

Di perjalanan pulang saya kepikiran beli roti Kimmy Bun. Roti kopi lho. Hehehe. Enaaakk...awalnya hanya berniat beli kemudian pulang, tapi lihat gambar es kapucino kemudian tertarik, ya tuhan panas sekali Semarang. Akhirnya beli roti yang dibungkus tiga biji, rasa kopi satu biji dan rasa choco vanila dua biji, roti yang dimakan di tempat satu biji dan es kapucino satu gelas, sambil nonton film yang ada di tipi. Dan kemudian saya berpikir, lho kok saya nangkring di sini, katanya tadi buru-buru mau transfer uang untuk beli buku. Hahahaha. Self toyorrrr.... eh sendok aduk es kapucino-nya bagus lho. Seksi. Wkwkwkwk.

 Perjalanan masih jauh dan panas dan saya malah minum es, mumetlah. Heuheuheu....pelajaran siang tadi adalah, kalau pengen kopi ya minum saja, jangan ditahan-tahan, akhirnya malah mampir-mampir dan minumnya es. Wkwkwkwk. Parah.

Yeah...after all...there’s something good. Untuk diri saya sendiri. Menikmati wara wiri ke mana-mana sendirian.

Yattaaa......