Mariiiii.....
*kretekin jari tangan*
Dua hari ini ada grasstrack dan motorcross
di belakang rumah. Belakang rumah? Iya, kebun sengon di belakang rumah disulap
menjadi sirkuit motorcross. Hemm..sejak tiga minggu yang lalu lah kira-kira
pengerjaannya. Dan hari sabtu minggu ini tanggal 30-31 Maret 2013 kompetisinya.
Tadinya saya betul-betul malas untuk
nonton, tidak tertarik. Tiap sore pun selama seminggu sejak sirkuit mulai
kelihatan bentuknya, sudah banyak yang latihan. Kebayang kan tiap sore pasti
berisik suara motor motor modifikasi itu. Saya tidak bergeming, nggak nonton
pokoknya.
Tapi, hari sabtu siang itu, beneran
berisiknya, bisingnya ampun ampunan. Nonton film di rumah juga terganggu, mau
tidur juga berisik sekali, ya sudahlah saya ganti celana panjang pake jaket
kemudian nonton. Hahaha. Nontonnya tinggal lewat belakang rumah saja kok.
Hohoho.
Hari sabtu kemarin saya lupa bawa kamera
jadi foto-foto yang ada diambil hari minggunya. Suasana hari sabtu dan minggu
beda banget, hari sabtu cerah cenderung panas, sedangkan hari minggu hujan
deras. Tapi kalau ramainya tentu ramai hari minggu, selain libur anak-anak
sekolah, juga efek dari penonton yang hari sabtu pasti tutur tinular kan? Berita dari mulut itu lebih berefek daripada
berita di radio atau pamflet.
Apa yang saya lihat di sana, selain
tentunya kompetisi yang bikin jantungan itu, yaitu tim, kamera-man, penonton
yang unik-unik. Oh iya nonton itu memang bikin jantungan, gimana nggak
jantungan coba, mereka jatuh bangun kaya begitu. Bikin sejenak lupa ambil nafas.
Oke, sebut saya berlebihan, tapi beneran, sudah lama nggak nonton yang kaya
begini setelah lebih dari 8 tahun yang lalu. Dulu juga pernah ada kompetisi
seperti ini di belakang rumah. Sekitaran saya SMA.
Engg...cerita apa dulu ya.
Pertama mari saya ceritakan tentang
suasana di sana. Penontonnya euy rame warna warni dan macam-macam. Semua
generasi ada sepertinya, dari anak kecil, anak balita, bahkan bayi pun ada,
ibu-ibu, bapak-bapak, mas dan mbak, duh kalau mau cari jodoh mungkin bisa juga
di sini. Hehehehe. Pakaian yang mereka pakai juga macam-macam lho. Paling aman
sih pakai kaos oblong, celana jins, jaket dan topi ya, setidaknya biar tidak
terlalu panas. Yang menurut saya salah kostum juga banyak. Pakai sendal berhak
tidak dianjurkan disini, apalagi sepatu yang terepes, pakai sendal jepitpun
akan nampak menggelikan ketika kamu melangkah dan itu sendal tidak bisa
diangkat alias ‘kejepit’ lumpur. FYI arena grasstrack tidak seperti namanya with grass, kenyataannya without grass actualy, iyalah, kebun yang
disulap jadi arena sudah pasti isinya cuma tanah, yang ketika panas dia membuat
debu dan ketika hujan dia membentuk lumpur. Ada lho mbak-mbak yang sendalnya
kejepit lumpur, ketika dia berhasil ngangkat kaki kanan, kaki kirinya yang
gantian nyangkut. Hehehe. Ada juga mbak mbak menor yang bedak euy tebel nian,
pake jaket, pake sepatu plastik nan terepes, dan parfumnya oiiiii....bikin saya
pusing. Ndak tahu sih dia dandan begitu memang niat mau nonton grasstrack atau
cuma mampir karena habis berpergian. Penonton yang dapat tempat nonton paling
nyaman, sudah pasti ada, nangkring di
pohon.
Hari minggu hujan deras turun menyapa,
tapi semua penonton sepertinya sudah siap siaga, membawa mantel, jas hujan,
helm dan payung. Dan hujan juga tidak terlalu merisaukan mereka, tidak banyak
yang beranjak dari tempat untuk pulang. Maksud saya tidak-banyak adalah karena
memang benar-benar hampir tidak berkurang jumlah mereka, malah sepertinya
bertambah banyak.
Hehehe, kamera (pinjaman) saya mergoki
yang lagi konsen pakai mantel.
He’s ready, dan santai nonton, tidak khawatir basah
kuyup.
Yang berikut ini sepertinya menyenangkan,
beramai-ramai membuat ‘tenda’ pelindung hujan.
Dan hujan semakin deras....
Yang ini akur bapak dan anak di bawah satu
helai daun pisang. Hehehe.
Arena menjadi semakin becek dan penuh
kubangan..saya semakin excited. Hahaha.
Eh saya juga pakai payung dong...berempat
dalam satu payung. Ibu, saya, dan dua anak kecil.
Berikutnya saya cerita tentang tim. Setiap
pemotor memiliki tim pastinya kan. Nah salah satu anggota tim ini ada yang
sibuk sekali memberi support dan arahan kepada pemotor. Dia biasanya berada di
tikungan atau di sudut-sudut yang menurutnya si pemotor sering terjatuh atau
mengalami kendala. Menyenangkan
mengamati para tim ini, saya jadi menghapal mana pemotor yang dia support. Dia
ini juga yang langsung lari-lari ke tempat si pemotor jika jatuh dan
membantunya berdiri. Dia ini yang begitu bersemangat meneriaki si pemotor. Dia
ini yang bersemangat berlari dari satu area ke area berikutnya mengawasi
pemotornya. Benar-benar menyenangkan mengikuti gerak penyemangat ini. Ah iya
jika si pemotor merasa sudah tidak nyaman mengenakan kaca mata pelindungnya dia
tinggal lempar saja di sudut penyemangatnya berdiri, nanti diambil langsung.
Beberapa foto yang berhasil saya ambil
tentang penyemangat ini:
Ketika timnya belum lewat, dia mundur, dan
ketika timnya lewat, dia maju dan memberi semangat.
Yang satu ini sibuk kesana kemari, asli,
dia lari-lari menyongsong timnya. Hehehe.
Enough tentang mas-mas para penyemangat,
mari beralih ke anak-anak kecil. Banyak anak kecil yang berkeliaran di area
kompetisi, sebaiknya sih ya didampingi, karena ini bukan area yang aman untuk
anak kecil bermain sendiri. Tapi memang beberapa anak saya lihat tidak
didampingi orang dewasa, seperti yang sepayung dengan saya, dua anak kecil,
masih SD, yang satu saya kenal, tetangga. Nah ada beberapa anak kecil yang saya
lihat senang sekali main kubangan air hujan. Yang berkaos biru dongker itu dia
suka sekali naik turun gundukan motorcross, begitu turun sampai di kubangan
air, dia cuci kaki, cuci tangan, cuci sendalnya, dan rupanya tidak saya dan ibu
saja memperhatikan dia, penonton yang lain juga turut memperhatikan.
Selain si anak berkaos biru dongker, ada
juga anak berjaket merah, dia juga cuci sendalnya di kubangan air itu.
Dan seperti menjadi trend, mencuci sendal
di kubangan air rame-rame. Hehehe.
Eh si pembalap cilik juga ikut main
kubangan air dong. J Bahkan dia berusaha membuat aliran air
supaya tidak terlalu berkubang. Hahaha. Lucu banget ini anak.
Setelah beberapa kali kompetisi
grasstrack, akhirnya yang paling bikin saya berdebar-debar yaitu motorcross
akhirnya dimulai, saking dag dig dug nya saya cuma melongo dan tidak berhasil
mengambil satupun gambar, mereka cepet banget. Hehehe. Jadi yang terfoto cuma
angin.
Cerita tentang situasi sepertinya cukup
sekian, berikutnya saya akan cerita tentang jalannya kompetisi grasstrack.
Arena yang becek dan licin tidak menyurutkan semangat para kompetitor, bahkan
beberapa kali terpeleset pun ketika motor yang mereka kendarai bisa dinyalakan
lagi, mereka akan bangkit dan kembali masuk arena. Tak jarang ketika ada yang
jatuh ditengah arena dan kompetitor dibelakang mereka kurang waspada, mereka
pun akan jatuh juga, maka penting sekali bagi para penonton atau panitia di
sekitar arena untuk memberi aba-aba supaya kompetitor selanjutnya memelankan
laju motornya. Para panitia biasanya mengayunkan bendera berwarna merah, para
penonton biasanya akan memberi aba-aba berupa ayunan tangan dan tentu ekspresi
mereka meyakinkan. Hohoho.
Para grasstracker ini terdiri dari dua
bagian sepertinya, para dewasa dan para anak-anak. Anak-anak yang mengikuti
kompetisi ini pun beraneka usia, mulai dari empat tahun hingga lima belas
tahun. Kebayang nggak adek-adek kecil yang mungkin baru kelas TK nol kecil ikut
naik motor di arena yang tidak datar dan becek. Saya nontonnya sambil ngeri
ngeri seneng geli. Ngeri lah kalau mereka jatuh dalam posisi yang mengerikan
tentu tidak sekadar luka luar tubuh, luka dalam juga pasti bisa terjadi. Tapi
ya itu tadi, mereka benar-benar pemberani, ketika jatuh pun ketika memungkinkan
untuk bangkit lagi, mereka akan bangkit. Tapi ada juga yang ketika jatuh, dan
dia mampu berdiri tapi kemudian dia langsung pingsan, haduuuh....rasanya nafas
ini berhenti.
Anak-anak kecil ini begitu selesai jatah
mereka, mereka juga ikut nonton dan wira wiri di sekitaran arena, dan becandaan
biasa aja dong, ya masih anak kecil gitu lah. Lucu. Saya Cuma mikir, mereka
seperti itu, ikut kompetisi yang bisa dibilang bukan semestinya mereka ikuti,
atas dasar keinginan sendiri, melihat anggota keluarga memang berprofesi
demikian atau sudah siarahkan orang tuanya ya, yah tapi semoga tidak dipaksa.
Kasihan kalau mereka dipaksa. J
Masih kecil-kecil kan. Tapi mereka jago dan
pemberani.
Oh iyah...sendal saya seolah menemukan habitatnya, hari itu becek sekali. :)