Friday, April 04, 2014

Mas yang rambutnya diikat



Mas yang gelangnya berkurang satu ketika rambutnya diikat di belakang, dan dari jauh membuatnya menjadi mirip Shikamaru Nara.

Saya pernah tidak mengenali sosoknya di antara teman-temannya. Gegara rambutnya yang diikat. Perlu menoleh dua kali pada kerumunan itu untuk bisa mengenalinya. 
Ya, karena saya merasa ada yang kurang pada kerumunan jika tak menemukan sosoknya. Dia selalu ada di antara mereka.

Mas yang gelangnya berkurang satu ketika rambutnya diikat ke belakang.

 *foto nyomot dari laman facebook nya*

Wednesday, April 02, 2014

Bajigur.



Mari kita bercerita tentang bajigur. Kata yang akhir-akhir ini akrab di telinga saya.

Coba saja googling dengan kata kunci “bajigur” maka akan muncul di laman teratas yaitu definisi dari wikipedia: Bajigur is a hot and sweet beverage native to the Sundanese people of West Java, Indonesia. The main ingredients are coconut milk and Aren sugar; usually to add taste, a small amount of ginger and a small pinch of salt. Traditionally fragrant pandan leaves were added, but now often artificial vanilla powder is used. It can also include kopi tubruk, finely pounded coffee.” Ya, bajigur adalah nama minuman hangat yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, pada hasil penelusuran mesin google akan banyak laman yang menunjukkan resep minuman ini.

Pada umumnya bajigur terdiri dari santan, gula aren, jahe, kayu manis, sedikit garam, bubuk kopi dan daun pandan. Namun ada juga yang menambahkan bubuk pala, sereh dan cengkeh, serta menambahkan kolang kaling dan serutan daging kelapa muda. Saya sendiri belum pernah mencoba membuat minuman ini, belum pernah tertarik.

Bajigur bagi masyarakat Sunda adalah jenis minuman. Namun, bajigur bagi masyarakat Jawa Tengah dan DIY, bisa berarti umpatan. Masih menurut wikipedia, “In Javanese language, the term "bajigur" was used as euphemism for the swear word bajingan".

Pada kamusslang.com disebut bahwa kata bajigur adalah adik dari kata bajingan. Bajingan artinya apa saya tidak tahu, yang saya tahu bajing adalah nama hewan. Oh mungkin bajingan adalah sebutan bagi orang yang kelakuannya mirip bajing. Kelakuan bajing seperti apa, saya tidak tahu. Tapi jika bertanya pada orang tua, apa arti bajingan maka dapat dipastikan kita akan di-huss-kan, yang berarti –tidak boleh bicara seperti itu, itu kata-kata kasar-.

Masih menatap hasil penelusuran google, saya menemukan Kyai Bajigur. Tempo.co menulis tentang sebuah pondok pesantren di Sumenep Jawa Timur, Pondok Pesantren Salafiyah Al-Bajigur. Salah seorang kyai nya yaitu K.H Abdurrahman sering disebut sebagai Kyai Bajigur.

Lalu, manakah bajigur yang sering saya dengar? Tidak satupun dari definisi di atas. Bajigur yang saya dengar adalah ungkapan takjub. Separuh mengumpat, separuh tak percaya (gumun) pada apa yang dilihat, bisa jadi juga separuh memuji. Hehehe.

Awalnya memang janggal, namun kemudian saya terbiasa, bahkan kadang saya sudah memprediksi kapan kata itu akan saya dengar.

Siapa yang mengucapkannya? Dia adalah guru imaji bagi seseorang. Meskipun hingga sekarang imaji yang bagaimana saya juga masih tak begitu paham. Orang ini memang menarik.

Mari saya ceritakan, ‘bajigur’ yang membuat saya menoleh cepat pada pengucapnya. Dua kali bajigur yang membuat saya memahami definisi baru. Bajigur yang pertama adalah ketika saya ngeyel untuk menulis judul pada kaset CD. Setelah selesai saya menuliskan judul isi kaset CD tersebut, dia berujar “bajigur!”, saya bertanya apanya yang bajigur, dia menjawab “tulisane apik..”. Seperti yang saya utarakan tadi, definisi pengucapan bajigur olehnya adalah wujud takjub, separuh mengumpat, separuh gumun dan separuh memuji.

Bajigur kali kedua adalah ketika kami melihat anggrek hutan di Sumowono, ada anggrek kecil, anggrek se-upil, yang belum pernah dia lihat, yang akhirnya kami beli, dan kini nangkring di pohon sukun belakang rumah saya. Percayalah, dia sudah banyak melihat anggrek se-upil, se-upil garing, se-kutil, se-andeng-andeng, se-jerawat batu. Ya, ketika melihat anggrek se-upil itu, dia berujar “bajigur!”. itu adalah ungkapan takjub, gumun dan memuji. Biarpun saya menyebutnya se-upil, tolong jangan membayangkan anggrek ini buruk rupa, anggrek ini cantik, sungguh, jika dilihat menggunakan kamera makro atau mikroskop. Hehehe. Hmm...nama anggrek ini Appendicula purpurascens Blume.

Bajigur yang bukan lagi berarti umpatan kasar, bajigur yang bukan berarti minuman. Bajigur yang mengungkapkan ketakjuban yang sulit diungkapkan oleh kata-kata.

Bajigur oh bajigur....

Saya jadi lapar.