Friday, May 09, 2014

Aroma Tanah



Ada aroma yang begitu ku sukai, aroma tanah basah. Basah oleh hujan. Aroma yang mendamaikan dan menyejukkan.  Para peneliti berkata itu adalah aroma spora yang pecah dan terhembus oleh angin ketika hujan itu turun mengoyak pertahanan sporangium mereka. Tapi aku lebih percaya bahwa itu aroma tanah. Tanah yang begitu merindukan pelukan hujan. Bumi yang merindukan langitnya.

Namun, sesore tadi, cuaca cukup terik. Membuatku bersungut dan menghela nafas. Ah tapi kucoba untuk menikmatinya, sekalipun keringat terus-terusan mengalir, berdesakkan keluar dari pori-pori. Bagaimana aku bisa menjadi kekasihmu jika pada panas mentari saja aku menyerah?

Hei...

Dan kemudian aku mencium aroma tanah itu lagi. Lebih pekat dan lebih menyejukkan. Bukan karena hujan, tapi karena tanah-tanah itu lahir. Kau tahu? Banyak bapak sedang menyiangi rumput. Ya. Bapak-bapak sedang mencabuti rumput liar di pinggir jalan. Bisakah kau bayangkan, aroma rumput yang kau patahkan saja sudah begitu segar, bayangkan jika tubuh rumput itu, beserta akarnya tercerabut dari tanah. Tanah-tanah itu lahir kembali, mereka nampak. Mereka lahir.

Aromanyaaa....ah...andai bisa ku kemas aroma itu, pastinya akan ku kemas kan untukkmu dalam botol-botol kecil. Tapi mungkin tak segar ya jika harus menunggumu kembali. Kapan kau kembali?
Suatu saat nanti jika kita punya halaman, jangan kau paving halaman itu ya, biarlah rumput tumbuh, setiap hari minggu kita siangi, supaya aroma tanah lahir itu bisa selalu kita hirup.

Pernahkah kau sadari aroma tanah yang seperti itu? Aroma tanah yang menyenangkan seperti aroma tanah ketika hujan turun.

No comments:

Post a Comment