Monday, February 25, 2013

lelaki dan larangannya naik gunung

Ada seseorang yang menulis di linimasa "Ketika orang terdekatmu melarangmu untuk mendaki lagi, apa yang kamu pilih?"

Saya menjawabnya "menanyakan mengapa ia melarang?"

Lama saya tunggu balasannya, tapi sepertinya dia sudah offline.

Saya jadi teringat pendakian di Gunung Merbabu, bulan November kemarin. Itu adalah pendakian pertama saya. *Semoga akan ada pendakian selanjutnya, amin.*

Saya tidak dilarang ketika saya mengutarakan niatan mendaki, oleh bapak dan ibu, selama ada seseorang yang mereka kenal, dan berangkat dengan beberapa orang, mereka memberi restu. 

Mas kekasih pun tidak melarang hanya mengerut, karena saya mengabarkan telat dan di hari H dia harus ke Gunung Merapi, tidak bisa menemani.

Mas berpesan, "Naik gunung itu bukan untuk keren-kerenan, atau supaya kamu disebut wanita tangguh. Naik gunung itu bukan untuk menaklukkan alam tapi supaya kamu lebih mengenal alam dan melestarikannya."

Saat naik gunung itu saya menjadi lebih mengenal diri saya sendiri. Dan saya sedikit lebih banyak menjadi mengenal mas. Saya merasakan bagaimana bila dirinya di sana. Saya jadi tahu bagaimana jika dia sedang di alam favoritnya itu, hutan dan gunung.

Memang mudah bagi saya mendapat restu dari mas untuk berangkat, selain dia paham betul bagaimana ngeyelnya saya, dia juga pasti tahu bagaimana menariknya di gunung dan hutan. Tapi bukan berarti dia tidak khawatir. Justru kekhawatirannya lebih besar karena dia tahu betul medan yang akan saya lewati. Kebetulan Merbabu juga adalah gunung pertama yang dia daki. Ketika saya mengutarakan rencana tersebut, dia nritik menanyakan apakah teman-teman mendaki saat itu adalah orang-orang yang sudah sering mendaki. Dan saya jawab "iya" dia lumayan lega. Dia yang menyiapkan segala keperluan yang belum saya miliki.

Jadi, saya maklum jika ada lelaki yang mengkhawatirkan perempuannya mendaki. Maka tanyakanlah alasan kenapa ia melarang, dengan begitu kau bisa lebih mudah menjelaskan apa yang perlu dijelaskan, bahwa mendaki adalah untuk mengenal alam, bukan untuk keren-kerenan. Jika perlu sesekali ajaklah dia mendaki, tunjukkan bagaimana menyenangkannya mendaki. Karena bagi yang belum tahu bagaimana mendaki, yang di kepala mereka adalah bayangan-bayangan terjal dan membahayakan. Apalagi tidak sedikit pendaki yang tersesat dan meninggal di gunung. Jelaskan bahwa tim mu adalah tim yang bagus, jelaskan supaya dia tidak perlu khawatir berlebihan, tapi yang sebenarnya memang harus demikian ya. Persiapan fisik, mental dan koordinasi memang harus benar-benar baik.

Ah saya ini memang gaya, baru sekali mendaki saja sudah sok menasehati. Padahal pendakian kemarin juga saya rewel, sedikit-sedikit istirahat. hahaha. Kalau ingat geli juga sebenarnya, my weakness. Selebihnya menyenangkan. Mengharukan.

Hahaha...saya pernah merasakan di posisi khawatir dan pernah merasakan di posisi dikhawatirkan. Sedikit banyak jadi tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan dan dikhawatirkan. :)

Halo mas-mas yang mengkhawatirkan perempuannya mendaki, tenang saja, selama perempuanmu memilki kondisi kesehatan yang baik, dia akan baik-baik saja, kalau masih khawatir, coba kenalan sama tim naik gunungnya, biar sedikit lebih lega, atau kalau perlu ikut saja, jadi kau bisa ikut menjaga perempuanmu. hehehe. Eh masih khawatir, tapi perempuannya ngeyel? doakan saja supaya dia kembali dalam keadaan sehat dan  jangan lupa doakan diri sendiri supaya tidak terlalu khawatir.*ditoyor* 




No comments:

Post a Comment